
Mari kita lanjutkan obrolan kita berkenaan Produksi Film bagian ke-3. Tentu dengan santai, dan boleh sambil ngopi. Biar asyik. 😉
Setelah langkah Pra-Produksi cukup matang, maka mari berangkat ke lokasi shooting bareng-bareng, biar guyub (rukun).
Kerja di bidang/dunia kreatif semestinya penuh dengan bahagia cita. Tidak perlu dibawa stress. Karena kreatifitas membutuhkan fikiran-fikiran yang ‘liar’ untuk mencukupi dan mendatangkan kreatifitas.
Setelah sampai di lokasi shooting dengan damai, aman dan nyaman, jangan lupa istirahat sebentar jikalau lokasinya jauh dan membutuhkan kekuatan yang cukup banyak.
Setelah istirahat sejenak, beberapa cara yang kita tempuh didalam mengawali shooting adalah:
1. Persiapan setting property oleh Art-Director dengan tim-nya. Jika estimasinya membutuhkan beberapa hari untuk persiapan, maka Tim Art dan property harus buat persiapan jauh hari sebelum akan shooting day.
2. Gaffer dan divisi lighting menyiapkan Lighting, genset dan alat-alat yang lain. Perlu diposisikan berasal dari sudut mana lampu perlu dipasang, dan dengan lampu type apa yang dibutuhkan. Termasuk intensitas cahaya perlu diukur agar mampu cocok dengan scene-scene yang lain.
3. Sementara setting artistik dan lighting disiapkan, Wardrobe & make-up buat persiapan talent untuk didandani dan di-make-up cocok dengan naskah. Tentu sebelum akan ini divisi Wardrobe telah konsultasi dengan Sutradara, apakah kostum yang bakal dipakai telah cocok dengan yang dibutuhkan sutradara/naskah atau belum. Jangan sampai telah masuk shooting seperti jasa pembuatan video youtube
, bagian wardrobe salah memanfaatkan kostum pemain, agar perlu melacak kostum penggantinya. Repot, kan?
Make-up film tidak sama dengan make-up panggung. Dalam film make-up-nya lebih realist dan natural, tidak perlu tersedia penonjolan pembawaan yang signifikan. Kecuali drama musikal panggung yang difilmkan, semacam Film Mauline Rough. Karena penonjolan/stressing dalam film mampu dengan visualisasi gambar kamera. Bisa close-up atau dengan sudut-sudut pengambilan gambar tertentu mampu mewakili pesan yang bakal disampaikan.
Make-up panggung perlu tersedia penonjolan-penonjolan karakter, karena untuk mengantisipasi space penonton yang demikian lebar dan jauh (penonton yang di belakang), agar senantiasa jelas gestur dan ekspresi para pemain.
4. Tim DOP (Director Of Photography), termasuk Tim Lighting dan Audio-man buat persiapan perangkatnya untuk pengambilan video dan audionya. Jangan sampai tersedia alat yang tidak berguna atau error dalan pelaksanaan shooting.
3. Sementara setting artistik dan lighting disiapkan, Wardrobe & make-up buat persiapan talent untuk didandani dan di-make-up cocok dengan naskah. Tentu sebelum akan ini divisi Wardrobe telah konsultasi dengan Sutradara, apakah kostum yang bakal dipakai telah cocok dengan yang dibutuhkan sutradara/naskah atau belum. Jangan sampai telah masuk shooting day, bagian wardrobe salah memanfaatkan kostum pemain, agar perlu melacak kostum penggantinya. Repot, kan?
Make-up film tidak sama dengan make-up panggung. Dalam film make-up-nya lebih realist dan natural, tidak perlu tersedia penonjolan pembawaan yang signifikan. Kecuali drama musikal panggung yang difilmkan, semacam Film Mauline Rough. Karena penonjolan/stressing dalam film mampu dengan visualisasi gambar kamera. Bisa close-up atau dengan sudut-sudut pengambilan gambar tertentu mampu mewakili pesan yang bakal disampaikan.
Make-up panggung perlu tersedia penonjolan-penonjolan karakter, karena untuk mengantisipasi space penonton yang demikian lebar dan jauh (penonton yang di belakang), agar senantiasa jelas gestur dan ekspresi para pemain.
4. Tim DOP (Director Of Photography), termasuk Tim Lighting dan Audio-man buat persiapan perangkatnya untuk pengambilan video dan audionya. Jangan sampai tersedia alat yang tidak berguna atau error dalan pelaksanaan shooting.
Sebelum shooting dimulai, jangan lupa, lokasi diamankan berasal dari kebocoran visual di kamera dan audionya. Semua perlu silent! Ini penting, karena kadang warga di sekitar lokasi tidak jelas jikalau tersedia shooting, dan melalui begitu saja dengan motornya. Butut lagi! Bising, tauk! 😉
Location manager dan Kru lainnya termasuk mampu menopang meng-amankan lokasi, dengan menahan warga untuk tidak melalui di sekitar lokasi shooting. Tapi yaa dengan sopan mestinya. Kita orang film perlu sopan dan beradab. Biar warga termasuk baik serupa kita. Di samping itu, biar besok-besok kembali jikalau tersedia shooting lagi, warga ‘welcome’ serupa kita. 😉 Ok, brow?!
Camera, rolling, audio, …Action!!!
Nah, begitulah sekitar step-step didalam Produksi film. Tapi sebelum akan menginjak terhadap bagian ke-3 (Post-Production), tersedia beberapa hal yang perlu saya mengutamakan terhadap waktu mengolah film:
1. Dalam tiap tiap pengambilan gambar (shooting) sebaiknya sutradara dengan editor senantiasa komunikasi dan diskusi di lapangan jikalau tersedia teknik-teknik tertentu yang dibutuhkan editor didalam mencukupi visualisasi film. Kadang-kadang editor tidak tersedia di lapangan, karena menganggap pekerjaannya hanya di belakang meja dan tunggu pengambilan gambar didalam mengolah film telah selesai. Ini terlalu riskan jikalau dilakukan. Karena jikalau tersedia permintaan-permintaan kiat tertentu oleh editor, tetapi sutradara beserta DOP dan kru-kru lain tidak tahu, mampu repot. Apalagi kadangkala nampak improvisasi-improvisasi oleh sutradara dan perlu respons secara kreatif. Di samping itu untuk mengantisipasi jikalau tersedia hal-hal darurat yang perlu diselesaikan segera. Misalnya knowledge rusak, perlunya blue screen, atau beberapa langkah lain yang perlu dikerjakan terhadap waktu mengolah yang terlalu dibutuhkan didalam proses editor dengan cara cek disini.
Maka komunikasi yang intens oleh sutradara & editor, bahkan dengan DOP dan bagian lain jadi terlalu penting. Ini sekedar untuk efektifitas mengolah film.
2. Editor dengan loader sebaiknya secara aktif menge-check file hasil shooting yang telah dilakukan, apakah telah cocok dengan yang diinginkan? Atau bisa saja tersedia pembenahan-pembenahan? Jika tersedia yang perlu diulang, mampu di re-takehari itu juga. Atau tersedia penyelesaian yang lebih baik.
3. Semua Tim Produksi (Kru Film) perlu memelihara kebersihan lokasi shooting. Jangan sampai tersedia complainwarga. Tradisi memelihara kebersihan lokasi shootingharus dibudayakan, agar warga termasuk bahagia dengan ada aktifitas kita.
4. Jika telah selesai pengambilan gambar, dan equipment & property tersedia yang telah tidak dipakai lagi, sebaiknya segera dikembalikan. Agar tidak membengkak biaya sewanya.
5. Jangan lupa bersikap ramah dengan warga sekitar lokasi shooting. Biar terjaga interaksi baik dengan warga. Banyak saudara kan mendatangkan rejeki? 😉
Begitulah sekitar tahapan-tahapan didalam Produksi Film.
Sampai jumpa di postingan Bagian ke-4 (Post-Production).